Profil Pesawat Hawk 200...!!!
Sejak tahun 1980, Indonesia menggunakan Hawk seri 53 atau Hawk Mk.53. sebagai pesawat latih, pesawat ini dikenal andal dan mudah dikendalikan.
Sejak tahun 1980, Indonesia menggunakan Hawk seri 53 atau Hawk Mk.53. sebagai pesawat latih, pesawat ini dikenal andal dan mudah dikendalikan.
Bahkan jet kecil ini bisa juga didaulat sebagai penempur, dengan berbagai macam senjata. Hingga kini, Hawk Mk.53 masih mengabdi di TNI-AU dan masuk dalam skadron 15 lanud Iswahyudi Madiun.
Di tahun 90-an, tepatnya tahun 1993, TNI-AU kembali melakukan kontrak pembelian sebanyak 24 Hawk.
Jumlah ini kemudian bertambah 16 lagi, sehingga total TNI-AU memiliki Hawk baru sebanyak 40 buah. Kontrak ini konon menuai masalah. Pasalnya, harga sebuah Hawk bisa semahal sebuah pesawat F-18 Hornet yang lebih canggih. Tapi tulisan ini bukan dimaksudkan membahas masalah dibalik pembelian Hawk. Melainkan menyangkut sisi teknis saja.
Hawk yang baru dibeli merupakan seri terbaru, yang sama sekali berbeda dengan dengan Hawk Mk.53. Hawk yang dibeli kali ini dari seri tercanggih saat itu, yaitu seri 100 dan 200. khusus untuk Indonesia, pihak pabrik British Aerospace (BAe) menamakannya dengans seri Hawk 109/209
Hawk 109
Hawk 109 merupakan jenis pesawat latih lanjut untuk penerbang tempur. Istilah kerennya Lead In fighter Trainer. Dengan pesawat ini, pendidikan bagi pilot tempur akan lebih singkat, karena teknologi dan kemampuannya mendekati kemampuan jet tempur sejati.
Patut diacungi jempol upaya TNI-AU membeli pesawat ini. Karena, pada masa itu belum banyak AU di dunia yang mengoperasikan pesawat latih LIFT.
Patut diacungi jempol upaya TNI-AU membeli pesawat ini. Karena, pada masa itu belum banyak AU di dunia yang mengoperasikan pesawat latih LIFT.
Meski demikian, Hawk 109 merupakan pengembangan dari Hawk seri terdahulu. Pengingkatan mencakup bagian mesin, yang diganti dengan Adour Mk.871 yang lebih kuat dibanding seri lama Mk.861. selain itu, juga ditambahkan sirip manuver tempur serta pemasangan FLIR, HUD dan system navigasi canggih. Tidak ketinggalan rel rudal sidewinder diujung sayap.
Alhasil, dengan modifikasi ini Hawk seri 100 mampu menjalankan fungsi tempur sesungguhnya. Bahkan kecepatan serta kemapuan angkut senjata juga bertambah secara signifikan.
Hawk 209
Karena sudah sangat mendekati fungsi tempur sesungguhnya, maka pihak pabrik pun melihat celah baru. Yaitu pembuatan pesawat tempur ringan. Dengan menghilangkan kursi tandem dan menambah radar jenis APG-66, yang juga digunakan pesawat F-16A/B, serta air refuelling probe, jadilah pesawat tempur baru yang dinamakan HAWK 200.
Sebagai jet tempur, Hawk 200 mampu menggotong berbagai persenjataan canggih dan mematikan. Diantaranya Rudal Udara ke darat AGM-65 Maverick, Rudal anti kapal Sea Eagle, Torpedo, serta berbagai macam bom. Sebagai pesawat tempur ada satu kekurangan Hawk 200.
Yaitu, tidak mampu membawa kanon internal. Alhasil, kanon ini dipasang diluar tubuh pada cantelan bagian tengah. Selain itu, karena fisiknya yang kecil, radius tempur jet ini juga terbatas. Padahal Indonesia adalah negeri yang luas. meski demikian, kelemahan ini bisa dieliminir dengan dukungan pesawat tanker KC-130B.
Operasional Hawk 109/209
Hawk 100/200 pertama tiba di tanah air pada tahun 1996. setelah komplit, pesawat ini kemudian disebar di Skadron 1 Pontianak mengganti pesawat OV-10 dan Skadron 12 Pekanbaru, menggantikan pesawat A-4 Skyhawk.
Aksi tempur sesungguhnya yang pertama bagi Hawk 100/200 yang dipublikasikan adalah saat pasca lepasnya Timtim. Saat itu, TNI-AU menggelar satu flight (4 pesawat) Hawk 100/200 di Kupang, NTT.
Pada satu kesempatan pilot TNI-AU yang sedang melakukan patroli tempur diperintahkan mencegat sebuah sasaran tak dikenal. Singkat cerita, setelah dikejar diketahui sasaran tak dikenal itu adalah F-18 Hornet. Bahkan dalam aksi dogfight dan kejar-kejaran itu, pilot TNI-AU sempat mengunci (lock-on) jet asal negara tetangga itu. Jika saja perintah tembak dikeluarkan, niscaya Hornet malang itu akan hancur lebur.
Pada satu kesempatan pilot TNI-AU yang sedang melakukan patroli tempur diperintahkan mencegat sebuah sasaran tak dikenal. Singkat cerita, setelah dikejar diketahui sasaran tak dikenal itu adalah F-18 Hornet. Bahkan dalam aksi dogfight dan kejar-kejaran itu, pilot TNI-AU sempat mengunci (lock-on) jet asal negara tetangga itu. Jika saja perintah tembak dikeluarkan, niscaya Hornet malang itu akan hancur lebur.
Aksi selanjutnya terjadi saat penggelaran Darurat Militer di Aceh tahun 2003. Hawk 100/200 asal skadron 12 diperintahkan memberikan air cover terhadap flight Hercules yang akan menerjunkan pasukan. Selain itu, flight Hawk juga memberikan air cover terhadap operasi amfibi yang digelar marinir. Dalam semua misi ini, semuanya berlangsung sukses.
Negara negara pengguna Hawk:
Finlandia
Pada Januari 1978, Inggris dan Finlandia mengumumkan kesepakatan, di mana Angkatan Udara Finlandia menerima 50 Mk Hawk. 51s pada tahun 1980, pesawat ini dibangun di Finlandia di bawah lisensi oleh lentokonetehdas Valtion.
Angkatan Udara Finlandia dilarang oleh Perjanjian Finno-Soviet tahun 1948 untuk memiliki lebih dari 60 lini pertama pesawat tempur, dengan mengakuisisi Hawks, yang dihitung sebagai pelatih bukan pesawat temput, Kondisi tersebut dibatalkan pada pecahnya Uni Soviet.
India
Pada tanggal 23 Februari 2008, Mk Hawk. 132 resmi memasuki layanan dengan Angkatan Udara India (IAF), setelah salah satu pengadaan paling berlarut-larut dalam sejarah India. IAF menerima 24 pesawat langsung dari BAE Systems dengan pengiriman dimulai pada bulan November 2007, dan selanjutnya 42 Hawks dirakit oleh Hindustan Aeronautics Terbatas antara tahun 2008 dan 2011.
Indonesia
Pada bulan April 1978, Indonesia, berusaha untuk meningkatkan kemampuan udara nya, menempatkan pertama beberapa pesanan untuk Hawk, Angkatan Udara Indonesia menerima lebih dari 40 Hawks pada 1980-an dan 1990-an;. Pada bulan Juni 1991, dan BAe Indonesian Aerospace (IPTN) menandatangani perjanjian utama untuk produksi kolaboratif Hawk, akhirnya diblokir karena kekhawatiran atas hak asasi manusia Indonesia, khususnya di Timor Timur.
Selama 1990-an, muncul dugaan bahwa Hawks telah digunakan dalam pendudukan Indonesia di Timor Timur, kemungkinan pada awal 1983. Serangan dugaan terhadap warga sipil Timor dan kelompok pro-kemerdekaan yang dilakukan oleh Hawks.
Zimbabwe
Pada 1980-an, Hawk 12 BAE T.Mk. 60/60As dibeli untuk Angkatan Udara Zimbabwe, pembelian itu didukung oleh pinjaman 35 juta poundsterling dari Inggris ke Zimbabwe. Pada bulan Juli 1982, setidaknya satu Elang hancur di tanah dan tiga lebih berat rusak selama serangan pemberontak di Thornhill pangkalan udara, Gweru.
Hawks Zimbabwe digunakan selama Perang Kongo Kedua, serangan udara banyak dilakukan dalam mendukung Tentara Kongo melawan Rwanda, Uganda dan pasukan pemberontak pada tahun 1998-2000. Pada tahun 2000, kontroversi atas intervensi militer Zimbabwe di Kongo menyebabkan Inggris memberlakukan embargo senjata total, termasuk suku cadang untuk Hawk. Karena embargo, Zimbabwe telah membeli enam Hongdu K-8 kepada Cina sebagai pengganti.
Lain-lain
Selama tahun 1980, penjualan prospektif dari 63 pelatih Hawk Irak dianggap oleh pemerintah Inggris itu kontroversial karena Hawk mungkin telah digunakan Irak terhadap Iran dan tetangga untuk menindas penduduk Irak sendiri Kurdi, ada juga kekhawatiran bahwa Hawk bisa berpotensi dipersenjatai dengan senjata kimia. Yang akhirnya penjualan diblokir. Pada tahun 2010, Irak memasuki pembicaraan dengan BAE untuk memesan hingga (Lagi) 21 Hawks.
Arab Saudi diatur untuk memperoleh Hawk bawah kesepakatan senjata Al-Yamamah dengan Inggris, total 50 Mk Hawk. 65/65A Pada bulan Agustus 2012, kesepakatan sekitar $ 800 juta untuk 22 Elang 'Advanced Jet Trainer' diumumkan,. Ini adalah untuk menggantikan model lama dari Hawks di Royal Saudi Air Force (RSAF). The RSAF juga memiliki tim demonstrasi yang terbang Hawk.
Pada tahun 1993, pembicaraan antara BAe dan Afrika Selatan Denel Aviation mulai mengenai pengganti Afrika Selatan Angkatan Udara (Saaf) 's. Pada tahun 2004, Denel mulai pembangunan Hawks di bawah lisensi dari BAe, komponen untuk. pelanggan lainnya juga telah diproduksi oleh Denel.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete