Belanda Hitam (Zwarte Hollanders atau Londo Ireng) adalah kesatuan pasukan milik Belanda yang didatangkan dari Afrika (Ghana dan Burkina Bisau).
Mereka didatangkan untuk menambah kekuatan pasukan Belanda, dimana hampir 8.000 pasukanya tewas akibat Perang Diponegoro. Londo Ireng didatangkan secara bertahap antara tahun 1831-1836, sebanyak 112 orang, tahun 1837-1841, sebanyak 2100 orang dan antara tahun 1860-1872, 800 orang.
Jumlah seluruhnya lebih dari 3000 orang, seluruhnya berstatus bujangan. Mereka disebar keberbagai lokasi, Semarang, Salatiga dan Solo, namun sebagian besar ditempatkan di Garnisun Purworejo pada Tangsi Militer Kedungkebo yang baru selesai dibangun permulaan tahun 1830-an.
Pembangunan tangsi besar dan penempatan serdadu hitam di Purworejo itu bukan tanpa alasan. Di daerah Bagelen ini Belanda menderita banyak kekalahan selama Perang Diponegoro dengan jatuhnya korban terbesar diantara serdadunya, sehingga diperlukan cara khusus untuk mengatasi.
Tidak kurang dari 25 benteng dibangun diseluruh daerah Bagelen ( dari Kedungkebo sampai ke Petanahan/Kebumen), inilah yang mereka namakan strategi “benteng stelsel” hasil rekayasa Jendral de Kock, untuk mengepung dan mempersempit gerak pasukan Diponegoro.
Dengan selesainya Perang tahun 1830, Belanda menilai bahwa daerah Bagelen adalah daerah rawan yang memerlukan perhatian khusus, mengingat pengikut Diponegoro masih cukup banyak dan kuat. Dibangunlah tangsi militer besar di Kedungkebo yang masih bertahan kokoh sampai saat ini.
Kemampuan militer Belanda untuk daerah Bagelen dengan sendirinya juga diperbesar. Penempatan serdadu kulit putih dan pribumi dalam jumlah yang besar, sekitar satu batalyon, itu belum menjamin rasa aman Belanda, sehingga dirasa perlu untuk menempatkan serdadu Afrika sebanyak tiga kompi, di garnisun Purworejo yang berlangsung dari tahun 1831-1872.
Belanda hitam atau black Netherlands adalah sebutan bagi tentara asal budak belian. Sejak janan dulu VOC menggunakan upah murah lokal. Tetapi bangsa kita sering tidak loyal dan malas, sehingga digunakanlah pekerja kasar orang China,
Karena ada kabar burung pekerja China mau berontak, maka VOC melakukan pembantaian etnis (genocide) besar2an terhadap orang China di sekitar Benteng Batavia (kota tua).
Sebagian besar terbunuh, sisanya kabur ke pantai Utara Jawa Tengah, sebagian kabur ke Singkawang, sisanya tetap sembunyi di sekitar Batavia yang sekarang disebut China Benteng.
Untuk mengenang kesedihan mereka, Kaisar di China memerintahkan mereka rambutnya dikepang buntut kuda (kwetjang). Jadi tradisi rambut itu sebenarnya berasal dari Batavia, yang juga sampai ke tanah leluhur mereka,
VOC (Dutch East Indies Comp) mendatangkan pekerja budak belian dari Gold coast dan wilayah Afika lainnya, Ada missing link yang hilang, apakah kemudian mereka itu yang menjadi etnis afro-africa? Pada masa itu, VOC juga punya koloni di America Utara, Dutch West Indies Comp., yang juga memperkerjakan budak belian asal Afrika.
Koloni ini kemudian merdeka menjadi Amerika Serikat saat ini. Pada masa kemerdekaan America, perbudakan dihapuskan. Akhirnya budak belisn yang terlanjur ditangkap, setengahnya meninggal dan setengahnya lagi, yaitu hampir 40, 000 orang, dibawa ke Kepulauan Sunda.
Ini menurut cerita rakyat di Jawa Barat, boleh disebut legenda. Pada masa Dutch, yaitu Daendles, hukum internasional menghapus total perbudakan. Batavia ditinggal VOC, 1796, sehingga Dutch, di bawah Perancis yang tidak punya kepentingan dengan tenaga kasar membawa budak belian ke koloni Hollandia yang sekarang jadi Papua.
Perancis di Jawa menyerah kepada British East Indies Comp di Kali Tuntang Salatiga 1811. P Jawa dll dipimpin wakil Inggris yaitu Raffles.
Kerajaan Belanda yang berdiri pada 1795, atas jasanya membantu Inggris diberi hadiah bekas VOC dan resmi menjadikannya sebagai provinsi Hindia Belanda pada 1816. Jacatra kemudian menjadi Batavia (yang asalnya sebatas kota tua). Jacatra melingkupi sampai Preanger.
Hindia Belanda kembali memperkerjakan budak belian secara diam2. Yang pintar dan kuat dijadikan tentara Belanda Hitam KNIL. Akhirnya, Belanda tunduk aturan internasional, terutama setelah perjanjian gula/agraria 1870.
Perbudakan sama sekali dihapuskan, Tentara Hitam benar2 menjadi warga negara Belanda, bukan budak Hindia Belanda lagi.
Saat Jepang masuk Hindia Belanda (Indonesia), sebagian KNIL, termasuk Hitam dan Sawomatang kabur ke Australia, sebagian tetap tinggal untuk menjaga asset Hindia Belanda, Belanda Hitam umumnya ada di Purwokerto.
Saat Jepang menyerah, kembali KNIL bermarkas di Jakarta. Sampai 1950, karena sebagian KNIL termasuk Belanda Hitam adalah Warga Negara Kerajaan Belanda, maka pada 1950 itu mereka semua kembali ke Eropa (Belanda),
Saat Jepang menyerah, kembali KNIL bermarkas di Jakarta. Sampai 1950, karena sebagian KNIL termasuk Belanda Hitam adalah Warga Negara Kerajaan Belanda, maka pada 1950 itu mereka semua kembali ke Eropa (Belanda),
0 komentar:
Post a Comment