Penemu teknologi 4G yang diakui dunia internasional, adalah seorang anak Indonesia. Alumni Teknik Elektro ITB dengan predikat cum laude pada 2000 itu, Khoirul Anwar, anak seorang petani di Kediri.
Bukan hanya penemu, bahkan ia adalah pemilik paten 4G. Untuk diketahui, Khoirul juga lulusan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008.
Ia juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.
Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan. Karena penemuan Khoirul ini, gampangannya, akan membuat internetan yang lemoth bisa dibrantas dan pulsanya relatif lebih murah.
Inspirasi besar memang bisa datang dari mana saja, termasuk dari film animasi untuk anak-anak. Ketika Goku, tokoh utama Dragon Ball Z, hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, ‘Genki Dama’ alias Spirit Ball, Goku akan menyerap semua energi mahluk hidup di alam, sehingga menghasilkan tenaga yang luar biasa. Asisten Profesor berusia 31 tahun itu dapat mematahkan anggapan yang awalnya ‘tak mungkin’ di dunia telekomunikasi.
Atau inspirasi lain yang dia petik juga dari dari film Kungfu Panda: ‘There is no secret ingredient, just believe’. “Nilai ini saya artikan bahwa tidak ada rahasia sukses, percayalah bahwa apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita sukses,” kata putra pasangan (almarhum) Sudjianto dengan Siti Patmi itu.
Ia tak pernah lupa dengan asalnya. Hasil royalti paten pertamanya itu diberikan untuk ibunya yang hidup bertani di Kediri. “Ini adalah sebagai bentuk penghargaan saya kepada orang tua, terutama Ibu,” katanya.
Ayah Khoirul meninggal karena sakit, saat ia baru lulus SD pada 1990. Ibunyalah kemudian berusaha keras menyekolahkannya, walaupun kedua orang tuanya tidak ada yang lulus SD. Sejak kecil, Khoirul hidup dalam kemiskinan. Tapi ada saja jalan baginya untuk terus menuntut ilmu.
Misalkan, ketika melanjutkan SMA di Kediri, tiba-tiba ada orang yang menawarkan kos gratis untuknya. Saat ia meneruskan kuliah di ITB Bandung, selama 4 tahun ia selalu mendapatkan beasiswa. “Orang tua saya tidak perlu mengirimkan uang lagi,” kata Khoirul yang sempat menjadi takmir masjid di SMA-nya itu.
Karena itu di Jepang ia sering didaulat memberi ceramah agama, bahkan menjadi khatib shalat Iedul Fitri. Ia mendapatkan beasiswa S2 dari Panasonic, dan selanjutnya beasiswa S3 dari perusahaan Jepang.
Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak jauh dari tempat kerja bersama istrinya, Sri Yayu Indriyani, dan tiga putranya. “Suatu saat saya juga akan tetap pulang ke Indonesia.
Setelah meraih ilmu yang banyak di luar negeri,” kata Khoirul. “Keberadaaan kita di luar negeri tak berarti kita tidak cinta Indonesia, tapi justru kita sebagai duta Indonesia.
Indonesia ha mada ganbatteimasu (Indonesia sedang berusaha dan berjuang).
0 komentar:
Post a Comment