Ada yang berpendapat es krim telah tercipta di awal masehi di Rowawi saat Kaisar nero masih berkuasa, ada juga berpendapat es krim ini terlahir di benua asia tepatnya di Cina.
Ada pula yang berpendapat di Eropa lah es krim tercipta lebih-lebih akibat lintas perdagangan yang dilakukan oleh Italia dengan bangsa lainnya.
Ada pula yang mengatakan bahwa sejarah terciptanya makanan ini merupakan rentetan dari alur tulisan di atas.
Jadi berawal dari Cina yang kala itu es krim hanya bisa dinikmati oleh kalangan raja dan bangsawan, kemudian berlanjut ke Itali lantaran Cina membuka pintu usaha dagangnya ke Eropa. Berkat jasa Marcopolo lah resep-resep itu sampai ke Eropa.
Dari Eropa lantas es krim melalang buana ke seluruh dunia dan sampailah es krim ini di negeri paman sam.
Di sana es krim semakin populer seiring dengan penemuan mesin pembuat es krim untuk memenuhi permintaan rakyat Amerika yang tinggi terhadap kudapan ini.
Dari Amerika pulalah muncul sebutan es krim, yang berasal dari kata "ice cream".
Sejak itu, es krim semakin berkembang dengan berbagai modifikasi dan teknik pembuatan. Ada french-style ice cream, yang terbuat dari kuning telur dan populer di dataran Amerika.
Di Amerika, kemudian teknis ini dikembangkan menjadi philadelphia ice cream, yang terbuat dari putih telur ditambah berbagai rasa, seperti coklat, vanilla, dan stroberi.
Lantas bagaimana dengan es krim di Indonesia sendiri? Es krim datang bersama Belanda dan berkembang seiring semakin kukuhnya kolonialisme negeri kincir angin ini di Nusantara.
Di kota-kota besar banyak bermunculan restoran-restoran yang banyak menjajajakan es krim sebagai makanan kudapan.
Saat itu es krim merupakan jenis makanan yang sangat mahal dan mewah, orang pribumi mungkin hanya bisa menelan air liur melihat para meneer dan mevrouw Belanda menikmati es krim di panasnya hari.
Namun sekarang semua itu tinggal kenangan, namun restoran-restoran di mana para meneer dan mevrouw itu duduk menikmati es krim masih bertahan hingga kini...., Nah, di mana sajakah restoran-restoran es krim itu yang masih bertahan.
Rasa, Bandung
Rasa Bakery & Café menempati lokasi di Jl. Tamblong No.15 Bandung. Suasana tempo doeloe dengan bangunan bercat putih bergaya arsitektur Eropa (art deco) menjadi ciri khas tempat ini.
Beberapa bagian dari bangunan masih menggambarkan suasana lampau meskipun bangunan sudah dipugar.
Misalnya, bentuk jendela yang besar, gorden, tirai yang menghiasi jendela maupun kanopi yang biasa terdapat pada rumah-rumah lama.
Suasana dalam restoran terkesan lapang dan sejuk sehingga nyaman sebagai tempat bersantap.
Dahulu, tempat ini bernama Hazes shop & café yang populer pada tahun 1936 di kota Bandung. Seorang dengan kewarganegaraan Belanda adalah pemilik dari Hazes, sayang namanya tidak diketahui.
Pada tahun 1963, Hazes dibeli oleh Ny. Kamarga yang merupakan warga Negara Indonesia keturunan.
Menyusul pada tahun 1968, Hazes berganti nama menjadi Rasa dan sekaligus mengganti status menjadi Perseroan Terbatas.
Makanan yang tersedia cukup beraneka ragam. Tersedia makanan ringan juga makanan berat ala Indonesia maupun mancanegara untuk makan siang dan makan malam, namun yang unik dan menjadi daya tarik pengunjung Rasa Bakery & Café adalah es krim.
Es krim tempo dulu ini dibuat dari susu asli secara home made dengan resep turun temurun dan tanpa bahan pengawet sehingga memberikan rasa es yang nikmat. Salah satu menu yang khas adalah Coconut Royale ice cream, yaitu setengah batok kelapa muda yang berisi tiga scoop es krim stroberi, pisang, dan moka dan ditaburi buah-buahan.
Ragusa, Jakarta
Nama Ragusa berasal dari dua orang berkebangsaan Italia yang datang ke Indonesia pada tahun 1930-an, Luigie Ragusa dan Vincenzo Ragusa.
Pada tahun 1932, Ragusa bersaudara mulai membuka kafe es krim di pasar Gambir. Karena dinilai tempatnya terlalu sepi dan hanya ramai setahun sekali.
Tahun 1947 mereka membuka kafe di Jl. Veteran I No. 10 Jakarta Pusat, yang menjadi pusat pembuatan dan penjualannya sampai sekarang. Selama menekuni bisnis es krim, dua bersaudara Italia tersebut dibantu Jo Giok Siaw. Ibu Hj. Sias Mawarni, menantu dari Jo Giok Siaw, dan suaminya yang meneruskan penjualan es krim ini.
Kedai es krim ini menempati bangunan bergaya khas Belanda beserta kursi-kursi yang terbuat dari rotan dengan model kuno dan meja yang sederhana sebagai pelengkapnya.
Ruangan ini pun tidak menggunakan AC, hanya menggunakan kipas angin dan atap bangunan yang tinggi sehingga dapat mengurangi udara yang panas.
Di sekeliling dinding, terdapat foto-foto hitam putih yang menggambarkan bagaimana rupa Es Krim Ragusa sebelumnya dan potret sudut-sudut kota Jakarta jaman dulu. Ada juga mesin kasir kuno dan tempat untuk menyajikan es krim yang antik.
Di bagian depan tempat ini juga ada penjual otak-otak dan rujak juhi yang dapat dipesan sebagai makanan ringan pendamping es krim. Kadang ada 'pengamen' bersuara indah dan pengunjung dapat memesan lagu-lagu baik lagu tempo doeloe maupun masa kini.
Zangrandi, Surabaya
Zangrandi adalah kedai es krim tertua di Surabaya yang masih mempertahankan eksistensinya sampai sekarang.
Kedai es krim ini didirikan oleh Renato Zangrandi yang berasal dari Italia pada tahun 1930.
Dia mendirikan kedai es krim di lokasi yang strategis, di seberang gedung yang sekarang bernama Balai Pemuda.
Dulu gedung itu adalah tempat pesta para meneer dan mevrouw Belanda. Jadi sebelum atau sesudah pesta, orang-orang elit itu mampir dulu ke toko es krim Zangrandi.
Bangunan yang sekarang beralamat di jalan Yos Sudarso no 15, Surabaya ini masih merupakan bangunan dengan arsitektur jaman Belanda dan menjadi salah satu cagar budaya di Surabaya.
Oleh karena itu, bentuk bangunannya masih dipertahankan seperti saat pertama kali dibangun.
Pintu dan jendela serta perabot yang digunakan seperti kursi rotan berwarna merah kuning beserta mejanya membuat suasana tempo doeloe semakin terasa.
Pengunjung bisa memilih, mau duduk di halaman bangunan sambil menikmati lalu-lalang kendaraan atau duduk di dalam. Selain es krim, di sini juga menjual makanan ringan seperti risoles, lumpia, siomay dan lain-lain.
Toko Oen,
Semarang dan Malang
Toko Oen terdapat di dua kota di Indonesia yaitu di Jl. Pemuda No. 52, Semarang dan Jl. Basuki Rahmat No. 15, Malang.
Kedua rumah makan tersebut sama-sama tetap mempertahankan nuansa zaman kolonial meskipun terdapat beberapa perbedaan.
Kisah restoran tua ini dimulai tahun 1922 di Yogyakarta saat seorang ibu rumah tangga bernama Liem Gien Nio menyalurkan keahliannya membuat makanan dan aneka macam panganan khas China dan Eropa.
Ia pun kemudian membuka jasa katering dan menjualnya dengan pelanggan rata-rata kalangan orang China dan Belanda di kota Yogyakarta. Dengan rasa gurih dan lezat tak heran usahanya berkembang dan berlanjut dengan membuka Toko Oen di Semarang, Malang, dan Jakarta.
Akan tetapi, keterbatasan anggota keluarga yang bersedia mengurus toko Oen membuat Toko Oen di Jakarta dan di Yogyakarta tutup.
Saat ini Toko Oen Semarang dikelola oleh Yenny Megaputri, salah satu cucu dari Ibu Liem Gien Nio. Sedangkan Toko Oen Malang berganti kepemilikan dan sekarang dikelola Danny Mugianto.
Sampai saat ini kedua Toko Oen menempati bangunan asli bergaya Belanda yang dibangun tahun 1930an.
Berlangit langit tinggi, dilengkapi dengan furnitur antik juga hiasan seperti piano, foto-foto hitam putih dan lukisan tempo doeloe serta alunan lagu-lagu oldies, semua seolah membawa ingatan pengunjung ke masa lalu.
Para pelayan pun berpakaian putih-putih ala Belanda. Bahkan di Toko Oen Malang daftar menu ditulis dalam Bahasa Belanda, dengan terjemahan Indonesia. Misalnya biefstuk van de hass (steak iga sapi) dan kippen biefstuk (steak ayam).
Tip Top, Medan
Restoran Tip Top terletak di Jl. A. Yani No. 92 Medan (daerah Kesawan). Kawasan Kesawan merupakan pusat bisnis paling tua di Medan dimana banyak berdiri bangunan yang sudah mulai usang ditelan kerasnya jaman.
Pada tahun 1929, restoran ini bernama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, dan berada di jalan Pandu, Medan.
Setelah beberapa waktu, restoran ini pindah ke Kesawan pada tahun 1934 dan bernama Tip-Top (yang berarti ?sempurna?). Sampai saat ini Restoran Tip Top tetap konsisten mempertahankan atmosfer vintagenya.
Barang-barang lama seperti bangunan, mesin, meja bertaplak kotak-kotak dan kursi rotan serta piano masih tetap digunakan.
Belum lagi kostum pelayannya yang berpeci untuk para pria dan berkemeja batik untuk para wanitanya yang mengantarkan makanan dengan troli kecil.
Tungku kayu bakar jaman Belanda sejak tahun 1934 masih digunakan untuk memanggang kue-kue. Hal lain yang cukup menarik, saat pengunjung turun dari kendaraan telah siap pramuniaga khusus yang siap membukakan pintu mobil dan mempersilahkan pengunjung turun.
Begitupun saat selesai makan dari Tip Top, pintu mobil akan ditutup oleh pramuniaga tersebut. Jadi nuansa pelayanan jaman kolonial masih tetap dipertahankan.
Restoran ini menyediakan berbagai menu makanan dari Indonesia, China dan Eropa seperti steak, salad, nasi goreng hingga gado-gado.
Namun yang menjadi andalan di Tip Top adalah es krim home made. Es krim favorit pengunjung adalah Mexicanner dan Carmen.
Mexicanner adalah es krim vanilla putih yang disiram saus cokelat, tiga iris buah peach dan garnis cherry diatasnya, disajikan dalam gelas stainless khas jadul. Sedangkan Carmen adalah versi lain Mexicanner dengan penyajian yang sama, plus taburan kacang diatasnya.
Tip Top, Jogjakarta
Kedai es krim ini memang kebetulan bernama sama dengan yang di Medan, namun keduanya tidak berhubungan.
Tip Top Ice Cream sudah cukup legendaris dan dikenal dikalangan masyarakat kota Jogja, dari anak anak kecil sampai dengan orang tua sekalipun.
Tip Top Ice Cream yang terletak di jalan Mangkubumi No. 24 Jogjakarta (tidak jauh dari jalan Malioboro dan stasiun Tugu) ini didirikan sejak tahun 1936 oleh Lukas Alimkurnianto dari keluarga Tan.
Usaha ini diteruskan oleh Michael Sarahita, generasi ketiga keluarga Tan. Kedai ini bertahan dengan menu, resep, tata ruang, dan mebeler yang lama.
Hal itu memang dilakukan untuk mengesankan atau terus memelihara nilai nostalgik. Ruangan yang bernuansa putih dengan hiasan kaca-kaca di dinding menyebarkan aura klasik yang kental.
Kursi lipat berkerangka logam dan dudukan kayu dengan postur yang 'ceper' benar-benar cara sensasional untuk bersantai
yuuuks intip apa saja manfaat es batu untuk kecantikan :)
ReplyDelete